Kontraversi Terapi Magnet untuk Kanker yang Dijalani Henky Solaiman, Kliniknya Ditutup dan Pengobatannya Dilarang Kemenkes karena Tak Ilmiah Pada 2015

Jumat, 15 Mei 2020 | 20:58
gridhealth

Aktor Henky Solaiman meninggal dunia karena kanker usus. Ia menolak kemoterapi dan memilih terapi magnet

Kontraversi Terapi Magnet untuk Kanker yang Dijalani Henky Solaiman, Klinik Terapinya Ditutup dan Pengobatannya Dilarang Kemenkes Sejak 5 Tahun Lalu

GridHITS.id - Kabar duka datang dari dunia film tanah air.

Salah satu aktor, sutradara, dan produser senior yang multitalenta telah meninggal dunia.

Ya, Henky Solaiman telah mengembuskan nafas terakhir pada Jumat, 15 Mei 2020.

Aktor kelahiran Bandung ini meninggal di Jakarta.

Baca Juga: Sudah 5 Bulan Terkena Penyakit Mematikan, Mendiang Henky Solaiman Menolak Pengobatan Medis, Terungkap Alasannya!

Baca Juga: Tangis Mieke Amalia Pecah Kenang Pelukan Hangat Terakhir dari Henky Solaiman : Sekarang Sudah Diangkat Sakitnya Om

Dia adalah seorang produser, pemeran, dan sutradara.

Di era 1980-an, ia mempercayai filmnya yang kebanyakan dimainkan oleh Meriam Bellina.

Dikutip dari kompas.com, kabar tersebut dibagikan beberapa insan film Indonesia di media sosial.

Salah satunya artis peran Ade Firman Hakim. "Iya (meninggal).

Jadi, saya dapat kabar di grup WhatsApp Demi Film Indonesia katanya Om Henky meninggal di rumahnya hari ini jam 16.40," kata Ade saat dihubungi Kompas.com, Jumat (15/5/2020).

Namun, Ade Firman juga belum bisa menjelaskan lebih detail tentang kepergian aktor kelahiran 30 Agustus 1941 tersebut.

"Kalau sekarang sih saya belum bisa kasih tahu karena saya juga hubungin Bang Verdi (putra Henky Solaiman) belum bisa. Lagi sibuk kali ya," katanya.

KENA KANKER USUS SEJAK JANUARI 2020

Dikabarkan, aktor berumur 78 tahun ini telah divonis menderita penyakit kanker usus sejak awal Januari 2020.

Karena penyakit tersebut, Henky Solaiman harus rela meninggalkan perannya sebagai Wak Sain di sinteron 'Dunia Terbalik'.

Melansir dari sebuah tayangan infotainment, Henky Solaiman rupanya enggan menjalani pengobatan medis dan memilih menjalani terapi magnet.

Padahal, dikatakan oleh Henky kalau kanker yang bersarang di ususnya merupakan kanker ganas.

"Ternyata kanker ganas dan saya dikirim ke rumah sakit kanker, harus operasi, habis itu dikemo, operasi itu kalau dekat rektum kemungkinan pakai kantong seumur hidup," jelas Henky.

"Saya mikir apakah ini akhir, umur juga sudah 78, saya enggak mau operasi, udah saya tidur di sini aja (dengan terapi magnet), BAB saya mulai lebih lancar," imbuhnya.

Henky menyebutkan kalau dirinya harus menjalani terapi magnet sebanyak dua kali sehari selama masing-masing satu jam.

KONTRAVERSI TERAPI MAGNET, PENGOBATANNYA SUDAH DILARANG SEJAK 2015

Dikembangkan oleh ilmuwan Korea Selatan, terapi magnet disebut-sebut bisa menghancurkan sel-sel kanker dalam tubuh.

Tak cuma itu, terapi magnet juga dikatakan bisa menonaktifkan tumor dan mematikan sel-sel yang terinfeksi.

Di tanah air, metode ini ditemukan dan dikembangkan oleh Warsito Purwo Taruno.

Sayangnya, metode pengoabatan ini sangat kontraversial.

Ia terkenal dengan rompi atau helm anti-kanker yang telah memberikan harapan banyak penyintas kanker.

Lelaki kelahiran Ploso Lor, Karanganyar, Solo, 15 Mei 1967 itu bukan dokter, melainkan pemilik sejumlah paten di bidang kimia dan fisika.

Mungkin lebih karena faktor itulah kontroversi bergulir dari berbagai kalangan.

Puncaknya, pada akhir 2015, Kementrian Kesehatan meminta Warsito menutup kliniknya yang telah melayani 3.200 pasien.

Sebelumnya, Oktober 2013 ia dilarang tampil sebagai pembicara dalam "Workshop Deteksi Dini Kanker Payudara dengan Menggunakan Metode Nonradiasi" di Jakarta.

Karena penolakan undangan itu, pihaknya pun menilai penelitian Warsito tidak benar.

Sebelumnya, pengembangan riset yang dilakukan Warsito Purwo Taruno selama ini harus dihentikan oleh pemerintah melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan (Balitbang Kemenkes).

Menurut Warsito, pencabutan izin ini dilakukan karena temuannya dianggap tidak berbasis ilmiah.

Penghentian ini tertera dalam surat Kementerian Kesehatan dengan nomor HK.06.01/IV/2444/2015 yang ditandatangani oleh Sekjen Kemenkes pada 20 November 2015.

Sekretaris Jenderal, Kementerian Kesehatan (Sekjen Kemenkes), Untung Suseno Sutarjo mengatakan, pemberhentian izin riset Warsito Purwotelah dikaji mendalam oleh Kemenkes.

Memang, beberapa pasien mendapatkan pengalaman positif karena gejalanya membaik, tapi tak sedikit pula yang mengungkapkan pengobatannya tak berefek.

Bahkan di sebuah media sosial facebook sempat beredar ibu-ibu yang terkena kanker payudara tak sembuh setelah menjalani terapi magnet, kankernya malah menyebar ke mana-mana, termasuk tulang.

Editor : Saeful Imam

Sumber : kompas